Beranda | Artikel
Ziarah Kubur Menjelang atau Akhir Ramadhan
Senin, 11 Maret 2013

DZIKIR SAAT SUSAH

Dzikir pertama.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allâh yang maha Agung dan Maha Penyantun. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allâh, Rabb arys yang besar. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allâh, Rabb langit, bumi dan ‘arys yang mulia [HR. Imam Bukhâri, no. 6346 dan Imam Muslim, no. 2703]

Dzikir kedua.

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Wahai Allâh, hanya rahmat-Mu yang kuharapkan, maka janganlah Engkau bebankan diri in kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata dan perbaikilah semua keadaanku, tidak ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau [HR. Abu Daud dan hadits ini dinilai hasan oleh syaikh al-Albani]

Kalau kita perhatikan, semua untaian dzikir dalam hadits-hadits di atas atau yang lainnya, kita dapati bahwa semua merupakan ungkapan keimanan, tauhid, keikhlasan dan jauh dari kesyirikan, yang kecil apalagi yang besar. Ini menunjukkan bahwa obat kesusahan yang terbaik adalah tajdîdul imân (memperbaharui keimanan), mengulang-ulang kalimat tauhid LAA ILAAHA ILLALLAH. Karena tidak yang lebih ampuh dalam menghilangkan kesusahan dari hati seorang hamba dibandingkan tauhid dan merealisasikan ibadah. Ketika hati seorang hamba penuh dengan tauhid, maka segala macam kesusahan akan sirna dan dia akan merasakan kebahagiaan yang tiada tara.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Tauhid merupakan perlindungan para musuh Allâh Azza wa Jalla dan juga para wali-wali Allâh Azza wa Jalla . Tauhid menyelamat musuh-musuh Allâh Azza wa Jalla dari kesusahan dan kesengsaran dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman.

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allâh menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allâh).” [al-Ankabût/29:65]

Sedangkan para wali Allah, maka mereka diselamatkan dari kesusahan dan kesengsaraan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, nabi Yûnus Alaihissallam berlindung kepadanya sehingga Allâh Azza wa Jalla menyelamatkannya dari kegelapan tersebut, begitu juga pengikut para rasul, mereka juga berlindung pedanya sehingga mereka terhindarkan dari siksa yang disediakan oleh orang-orang musyrik di dunia dan juga siksa yang telah disediakan oleh Allâh Azza wa Jalla di akhirat.” [al- Fawâ’id, hlm. 95]

(Diangkat dari Fiqhul Ad’iyati wal Adzkâr, Syaikh Abdurrazâq bin Abdul Muhsin al-Badr, vol. 3, hlm)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3546-dzikir-saat-susah.html